KITAB HADIS Para Kuttab Kutub al-Sittah (Shahih Bukhori, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Turmudzi, Sunan Nasa’I dan Sunan Ibnu Majjah)

Pendahuluan
Sebagai salah satu elemen penting yang menjadi sumber hukum setelah al-qur’a>n, hadis juga membutuhkan perhatian khusus dalam pemeliharaan keabsahan dan keasliannya. Oleh karena itu, menuliskannya merupakan hal urgen yang perlu diperhatikan untuk memelihara keotentikan hadis Rasulullah SAW. Yang begitu banyak.


Ibnu Mubarak pernah ditanya tentang penulisan hadis dan beliau berkata, “kalaulah tidak ditulis, kita tak dapat menghafalnya”. Begitu juga Ahmad bin Hanbal, beliau berkata, “sebagian kaum membenci penulisan hadis dengan takwil. Padahal mereka akan melakukan kesalahan jika meninggalkan penulisan hadis. Telah sampai kepada kami hadis dari kaum yang menghafalnya dan kaum yang menuliskannya. Adapun kaum yang menuliskannya lebih meyakunkan”
Jika menurut pada literature sejarah, kodifikasi hadis mengalami rentetan peristiwa yang cukup panjang. Saat menyadari kemustahilan untuk melestarikan hadis dengan hafalan, beberapa ulama hadis mulai menuliskan apa yang dia hafal. Setelah penulisan dan pembukuan hadis diizinkan secara resmi pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz, ulama-ulama tersebut mengumpulkan apa yang dia tulis dan membukukannya.
Nah, kali ini kita akan membahas para Imam kutubus Sittah yaitu; Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Nasa’I dan Imam Ibnu Majjah.


SEKILAS TENTANG AL-JAMI’ AS-S{AHIH (SHAHIH BUKHARI)
Diceritakan, Imam Bukhari berkata: “Aku bermimpi melihat Rasulullah SAW.; seolah-olah aku berdiri di hadapannya, sambil memegang kipas yang kupergunakan untuk menjaganya. Kemudian aku tanyakan mimpi itu kepada sebagian ahli ta’bir, ia menjelaskan bahwa aku akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan dari hadits Rasulullah SAW. Mimpi inilah, antara lain, yang mendorongku untuk melahirkan kitab Al-Jami’ as-Sahih.”
Dalam menghimpun hadits-hadits sahih dalam kitabnya, Imam Bukhari menggunakan kaidah-kaidah penelitian secara ilmiah dan sah yang menyebabkan kesahihan hadits-haditsnya dapat dipertanggungjawabkan. Beliau telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meneliti dan menyelidiki keadaan para perawi, serta memperoleh secara pasti kesahihan hadits-hadits yang diriwayatkannya. Beliau senantiasa membanding-bandingkan hadits-hadits yang diriwayatkan, satu dengan yang lain, menyaringnya dan memlih has mana yang menurutnya paling sahih. Sehingga kitabnya merupakan batu uji dan penyaring bagi hadits-hadits tersebut. Hal ini tercermin dari perkataannya: “Aku susun kitab Al-Jami’ ini yang dipilih dari 600.000 hadits selama 16 tahun.”
 Sistematika Bab dalam Kitab Shahih
Imam Bukhari sangat memperhatikan pengklasifikasian bab-bab hadis dalam kitabnya dan telah meletakkan ilmunya yang dalam sehingga bias membawanya pada tujuan
1) Beliau memulai kitab tersebut dengan hadis:"sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya", yang mengisyaratkan pada baiknya maksud dan bersihnya niat, dan dan menamai setiap bab yang bersifat global dengan istilah kitab. Kadang-kadang beliau mengatakan abwab, dan yang disebutkan selanjutnya diberi istilah bab.
2) Beliau mendahulukan bagian yang paling utama untuk diawalkan, yakni hadis-hadis sekitar permulaan wahyu, topik tersebut sebagai indikasi permulaan agama.
3) Beliau menerangkan setiap bab ke dalam bab-bab yang terperinci, yang menunjukkan dalam dan luasnya pemahaman beliau.
 Syarat-syarat Bukhari dalam meriwayatkan hadis
1) Sanadnya bersambung (muttas}ilan) tidak terputus (munqati’)
2) Periwayatnya orang islam, jujur, tidak cacat dan tidak muh{talit}
3) Perawi harus mempunyai sifat adil, kuat ingatannya, sehat jiwa dan raga.
RIWAYAT HIDUP IMAM BUKHORI (194 – 256 H)
Dia adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardiziyah al-Ja’fiy al-Bukhori, dilahirkan pada hari jum’at 13 syawal 194 H di kota Bukhara. Tak lama setelah bayi yang baru lahir itu membuka matanya, iapun kehilangan penglihatannya. Ayahnya sangat bersedih hati. Ibunya yang saleh menagis dan selalu berdo’a ke hadapan Tuhan, memohon agar bayinya bisa melihat. Kemudian dalam tidurnya perempuan itu bermimpi didatangi Nabi Ibrahim yang berkata: “Wahai ibu, Allah telah menyembuhkan penyakit putramu dan kini ia sudah dapat melihat kembali, semua itu berkat do’amu yang tiada henti-hentinya.” Ketika ia terbangun, penglihatan bayinya sudah normal. Ayahnya meninggal di waktu dia masih kecil dan meninggalkan banyak harta yang memungkinkan ia hidup dalam pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Dia dirawat dan dididik oleh ibunya dengan tekun dan penuh perhatian.
Imam al-Bukha>ri> dikenal sebagai seorang yang memiliki minat yang tinggi dan hasrat yang kuat untuk mempelajari hadis-hadis Nabi Saw. Minat dan hasratnya itu membawa beliau terus menerus berkelana dan mengembara untuk menimba ilmu dari ulama-ulam hadis yang terkenal di beberapa daerah islam, seperti makkah, Baghdad, ‘Asqalan, Samarqand, Khurasan dan sebagainya. Pada tahun 205 H, saat usia baru menginjak Sembilan tahun, dia memulai pengembaraannya ke Makkah sambil menunaikan ibadah haji, pada umur yang masih belia ini, dia telah belajar hadis bahkan menghafal matan sekaligus rawi dari Ibn al-Muba>rak.
Di Makkah, Imam al-Bukha>ri> menetap selama bebrapa tahun, salah seorang gurunya yang terkenal adalah Syaikh al-H{umaidi>, seorang faqih berketurunan Quraisy. Untuk pertama kalinya, al-Bukha>ri> bertemu dengan ulama ini pada saat berusia delapan belas tahun. Sejak saat itu, selama tujuh tahun ia secara intens mengikuti h{alaqah-nya yang diselenggarakan di Masjidil-Haram, dan menerima tujuh puluh lima hadis darinya. Meskipun jumlah hadis yang diterima al-Bukha>ri> dari al-H{umaidi> terbilang sedikit, Syaikh al-H{umaidi> sangat berkesan bagi al-Bukha>ri>.
Setelah menimba ilmu di Makkah, Imam al-Bukha>ri> melanjutkan safari intelektualnya ke bebrapa daerah lain, seperti Syam, Mesir, Basrah, Kufah dan Bagdad. Saat itu, ketokohan dan kekuetan hafalannya telah tersebar, terutama kepada para ulama dibeberapa wilayah tersebut. Suatu hari, ketika berkunjung ke Samarqand, empat ratus ulama berkumpul hendak menguji kekuatan hafalan hadis Imam al-Bukha>ri>. Mereka mengacaukan hadis-hadis Nabi Saw. Dengan cara mengacak sanad dan matannya. Kemudian, setiap orang dari mereka mengajukan hadis-hadis tersebut kepada Imam al-Bukha>ri. Dengan kekuatan hafalannya, Imam al-Bukha>ri> berhasil mengurai sanad dan matan hadis yang kacau itu bagaikan mengurai benang yang kusut.
Sejak saat itu, para ulama seantero daerah islam mengakui keilmuannya, terutama dalam bidang hadis dan ilmu-ilmu hadis. Beliaupun lantas dianugerahi gelar “Ami>r al-mu’mini>n fi> al-H{adith”(pemimpin kaum mukmin dalam bidang hadis)-sebuah gelar terhormat dan tertinggi dalam bidang hadis. Imam al-Bukha>ri> menghafal seratus ribu hadis shahih dan dua ratus ribu hadis yang bias tidak shahih.
Guru-guru dan murid-muridnya.
Sebagian guru Imam Bukhari yang paling terkemuka adalah sebagai berikut:
1. Abu ‘As}im an-Nabil 6. Ahmad bin hanbal
2. Maki bin Ibrahim 7. Ishaq bin Mans}ur
3. Muhammad bin Isa bin at-T{iba’ 8. Khalad bin Yah}ya bin S{afwan
4. Ubaidillah bib Musa 9. Ayub bin Sulaiman bin Bilal
5. Muhammad bin Salam al-Baikindi 10. Ahmad bin Ishkab
Dan sebagian murid-murid Imam Bukhari yaitu;
1. Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Naisaburi
2. Imam Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi
3. Imam Salih bin Muhammad
4. Imam Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah
5. Dan lain-lain.

Karya-karyanya.
Imam al-Bukha>>ri>> telah menghasilkan banyak karya, sebagian besar yang sampai kepada kita telah dicetak dan beredar, di antaranya yaitu;
1. Al-Jami’ as-S{ahih (S{ahih Bukha>ri>) 6. Ad-D{u’afa
2. At-Tarikh al-Kabir 7. Al-Adab al-Mufrad
3. At-Tarikh al-Ausat} 8. Al-Qira’ah Khalfal Imam
4. At-Tarikh as-S{aghir 9. Raf’ul Yadain fi as-S{alah
5. Kitab al-Kuna 10. Khalqu Af’alil ‘Ibad

SEKILAS SEPUTAR AS-S{AHIH (SHAHIH MUSLIM)
Al-H{afidh Ibnu H{ajar mengulas kelebihan Shahih Bukhari atas Shahih Muslim, antara lain, karena al-Bukhari mensyaratkan kepastian bertemunya dua perawi yang secara struktural sebagai guru dan murid dalam hadits mu'an'an; agar dapat dihukumi bahwa sanadnya bersambung. Sementara Muslim menganggap cukup dengan "kemungkinan" bertemunya kedua rawi tersebut dengan tidak adanya tadlis. Kitab S{ahih Muslim memuat sekitar empat ratus ribu hadis, tidak termasuk yang berulang, yang merupakan hasil seleksi dari tiga ratus ribu hadis. Proses penyusunannya memakan waktu selama lima belas tahun. Abu Salamah , sekretaris Imam Muslim , menuturkan, “saya menulis naskah ini (Shahih muslim) bersama Imam Muslim selama lima belas tahun, terdiri dari dua belas ribu hadis.”
Imam Muslim menyusun kitab shahihnya di negerinya sendiri, dihadapan para ahli yang sebagian besar dari mereka adalah para gurunya. Beliau meneliti setiap kata dan mencermati redaksi penyebutnya, indikasi atas hal itu adalah:
1. Beliau hati-hati dalam masalah bentuk penyampaiandan menyebutkan sesuai artinya.
2. Perhatiannya untuk memverifikasi perbedaan lafadz di antara para rawi.
3. Beliau memisahkan apa yang beliau sisipkan dalam sanad yang menerangkan perawi muhmal dengan menyebutkan sisipan tersebut dalam bentuk kalimat yang jelas.
4. Kehati-hatian beliau dalam meringkas jalur dan mengalihkan sanad dengan menggunakan ungkapan yang ringkas dan baik.
5. Susunan hadis-hadisnya yang cukup baik yang bias menunjukan verifikasi yang dilakukannya.
Namun prinsipnya, tidak semua hadis Bukhari lebih shahih ketimbang hadis Muslim dan sebaliknya. Hanya pada umumnya kesahihan hadits riwayat Bukhari itu lebih tinggi dari pada kesahihan hadis dalam Shahih Muslim.

RIWAYAT HIDUP IMAM MUSLIM (204 – 261 H)
Nama lengkapnya adalah Abu al-H{usain Muslim bin al-H{ajja>j al-Qushairi> al-Naisa>bu>ri>, beliau dilahirkan di Naisabur, sebuah kota kecil di Iran bagian timur laut, pada tahun 204 H/820 M, sepuluh tahun setelah kelahiran Imam al-Bukha>ri> ada yang mengatakan dia dilahirkan pada tahun 206 H. Al-Qushairi> merupakan nisbah kepada moyang atau kabilahnya: Qushair bin Ka’ab bin S{a’s}a’ah, keluarga bangsawan arab terpandang.
Sejak usia 12 tahun, Imam Muslim telah belajar hadis, beliau berkunjung ke beberapa daerah yang banyak dihuni oleh ulama-alama hadis, seperti Irak, Hijaz, Syam, dan Mesir. Di daerah-daerah tersebut , beliau belajar kepada para guru Imam Bukha>ri> dan ulama lain. Kepada Imam al-Bukha>ri>, beliau juga sempat menimba hadis beberapa waktu. Ia dikenal sebagai seorang imam hadis yang paripurna, kuat hafalannya dan kukuh pendi\riannya. Selain banyak menghafal hadis , dia piawai mengatur tata cara periwayatan yang baik dan pandai mendesain susunan yang kompak. Kepiawaiannya ini tampak jelas pada sistematika kitab s}ahih nya, yang menurut jamak lebih baik ketimbang kitab-kitab sebelumnya, termasuk s}ahih al-Bukha>ri>.
Guru-guru dan murid-muridnya.
Para gurunya yang terkemuka diantaranya adalah;
1. Abdullah bin Maslamah al-Qa’nabi 7. Ah}mad bin H{anbal
2. Ish}aq bin Mansur al-Kausaj al-H{afidz 8. Ishaq bin Rahawaih
3. ‘Abdullah bin ‘Abdu al-Rah}man ad-Darimi 9. Yahya bin Mu’in
4. Abu Bakar bin Muhammad bin al-Alai al-H{afidz 10.‘Abdun bin H{amid
5. Abu Bakar bin Abu Shaibah
6. Muhammad bin ‘Abdillah bin Namir
Sedangkan murid-murid beliau yaitu;
1. Muhammad bin Abdul Wahab al-farra
2. Abu Hatim Muhammad bin Idris al-Razi
3. Ali bin al-Husain al-junaidi ar-razi
4. Ibrahim bin Abi T{alib
5. Abu Isa at-Tirmidhi
6. Dan lain-lain
Karya-karyanya.
Imam Muslim menulis dan menyusun berbagai kitab seputar ilmu hadis yang menjadikannya diabadikan Allah SWT.
 As-S{ahi>h (Shahih Muslim)
 Al-Kuna wa al-Asma
 Al-Munfaridat wa al-Wuhdan
 At-Tabaqat
 Rijal Urwah bin Zubair
 At-Tamyiz
Dan masih banyak karangan-karangan beliau yang lainnya, yang belum sampai pada kita, semuanya masih belum ditemukan.

SEKILAS SEKITAR KITÂB SUNAN ABU DAWUD.
Dalam sunan, beliau meringkas metodenya menjadi beberapa hadis-hadis tentang hukum, sebagaimana Imam Bukhari, beliau juga membagi musnafnya menjadi beberapa kitab, juga membagi beberapa bab dalam kitabnya.
 Objek pembahasan kitab sunan.
Beliau menjelaskan syarat yang beliau tetapkan dalam menyusun kitab sunannya, yaitu;
a. Cakupan hadis yang beliau cantumkan dalam kitab as-Sunan-nya.
b. Beliau mentakhrij hadis yang menurutnya terbukti paling shahih dalam bab tersebut.
c. Beliau tidak mentakhrij hadis dari seseorang yang matruk.
d. Syarat yang beliau tetapkan dalam masalah sanad adalah ketersambungan (ittis}al) sanad tersebut, sehingga beliau tidak mentakhrij hadis munqati' atau pun hadis mursal, kecuali jika dalam bab yang beliau bahas tidak ditemukan hadis muttasil.
 Sistematika kitab sunan.
Beliau membagi as-Sunan ke dalam beberapa kitab sesuai dengan bab-bab fiqih, dan membagi setiap kitab ke dalam beberapa bab, dan pada setiap bab beliau memberikan penjelasan tersendiri.
Setiap bab tersebut memiliki judul yang menunjukkan kualitas dan baiknya klasifikasi yang beliau lakukan, yang paling menonjol adalah:
• Memproriataskan perbuatan mukallaf yang paling penting.
• Menggunakan ungkapan yang mudah dalam tarjamah setiap kitab sehingga bisa menggabarkan persesuaian yang jelas dengan hadis yang beliau sebutkan di bawahkan.
RIWAYAT HIDUP IMAM ABU DAWUD (202 – 275 H)
Nama lengkap Imam Abu Dawud adalah Sulaiman bin al-Ash’ath bin ish}aq, beliau dilahirkan pada tahun 202 H dan meninggal pada tahun 275. Imam Abu Dawud juga tercatat pernah belajar kepada para guru al-Bukha>ri> dan Muslim. Ia dipandang sebagai sosok ulama yang memiliki tingkat hafalan da pemahaman hadis cukup tinggi, disamping kepribadiannya yang wara’ , taat beribadah dan sangat mendalam pemahaman agamanya. Kesungguhan dalam melacak hadis dapat dilihat dari perjalanannya menempuh jarak jauh dari Basrah ke al-Jazair, Khurasan, Syam, Hijaz, Mesir dan lain-lainnya, juga usahanya menggali hadis dari para Syaikh-nya.
menurut penilaian Ibnu Mandah, Abu Dawud termasuk tokoh hadis yang berhasil menyaring hadis-hadis sehingga ia dapat memisahkan hadis yang thabit atau tetap keabsahannya dengan yang ma’lul atau yang ada cacatnya, dan antara yang benar dan yang keliru, di samping al-bukhari, Muslim dan Nasa’i.

Guru-guru dan murid-muridnya.
Beliau mendengar hadis-hadisnya dari bebrapa ulama diantaranya;
1. Muslimbin Ibrahim
2. ‘Abdullah bin raja
3. Abu al-Wah{id at-T{ayalisi
4. Musa bin Ismail
5. Al-qanabi
6. Dan lain-lain
Adapun murid-murid yang meriwayatkan hadis beliau adalah;
1. Abu Isa an-Nasa’I
2. Ibrahim bin Hamdan al-‘Aquli
3. Abu Bakar an-Najad
4. Ahmad bin Dawud bin Salim
5. Harb bin Ismail al-Kirmani
Juga masih banyak murid-murid beliau yang meriwayatkan hadis-hadis beliau.

Karya-karyanya.
Di antara karya-karya yang beliau adalah:
1. Kitâb Sunan 7. Kitâb Fadhâil Anshâr
2. al-Qadru 8. al-Marâsil
3. al-Masâil 9. Ibtidâul Wahyi
4. Akhbârul Khawâriz 10. 'Alâmun Nubuwwah
5. Kitab Tafarrud 11. ad-Du'â
6. az-Zuhd 12. Musnad Mâlik
13. Nasîkh wal Mansûkh Qur'an



SEKILAS SEPUTAR AL-JA>MI’ AS-S{AHI>H/SUNAN TURMUDZI
Imam Turmudzi meninggalkan banyak karangan-karangan dalam hadis dan yang lainnya, di antara karangan yang terkenal adalah kitab “al-Ja>mi’ ” yang dikenal dengan Sunan Turmudzi, dan merupakan paling baik di antara kitab-kitab dan paling banyak faidahnya.
 Penyusunan kitab sunan
Dalam menyusun kiatbnya, Imam Tirmidzi sangat memperhatikan kondisi orang yang akan mempelajarinya, sehinnga kitab ini disajikan sejelas mungkin bagi setiap orang yang mengkajinya. Di dalamnya beliau menghimpun hadis, atsar, fiqih, dan berbagai pendapat dengan menggunakan ungkapan dan redaksi kalimat yang sederhana dan mudah.
 Objek pembahasan kitab sunan
Objek pembahasan Sunan Tirmidzi adalah hadis marfu’ yang digunakan oleh para ahli fiqih, baik yang disepakati, dipertentangkan, ataupunyang menyendiri jalurnya. Kitab ini diklarifikasikan menjadi beberapa bab ilmu, yang dimulai dengan masalah ibadah, muamalah, dan begitu seterusnya.
 Syarat sunan
Adapun syarat beliau seputar Rija>l al-Hadith, maka perawi hadis dalam kitabnya terbagi dalam beberapa thabaqah:
a. Para perawi yang thiqah dan h{afidh.
b. Perawi yang memiliki kualitas hafalan sedikit kurang dibandingkan yang pertama.
c. Perawi yang tersembunyi tetap jujur, yang tidak termasuk penghafal atau ahli dalam hafalan.
d. Perawi d{a’if yang menyendiri dalam hadis tersebut, dan tidak ada hadis lain yang bias menguatkannya.
e. Perawi yang sangat lemah dan matruk.

RIWAYAT HIDUPIMAM TURMUDZI (209 – 279 H)
Dia adalah Al-Imam al-Ha>fidh Abu ‘Isa bin Saurah bin Mu>sa bin al-D{ah{a>k al-Sulami al-Tirmidhi> dilahirkan pada tahun 209 Hijriyah dan meninggal di Tirmidz malam senin 13 Rajab tahun 279 H. Kakek Abu ‘Isa at-Tirmizi berkebangsaan Mirwaz, kemudian pindah ke Tirmiz dan menetap di sana. Di kota inilah cucunya bernama Abu ‘Isa dilahirkan. Semenjak kecilnya Abu ‘Isa sudah gemar mempelajari ilmu dan mencari hadis. Untuk keperluan inilah ia mengembara ke berbagai negeri: Hijaz, Irak, Khurasan dan lain-lain. Dalam perlawatannya itu ia banyak mengunjungi ulama-ulama besar dan guru-guru hadis untuk mendengar hadis yang dihafal dan dicatatnya dengan baik di perjalanan atau ketika tiba di suatu tempat. Ia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan tanpa menggunakannya dengan seorang guru di perjalanan menuju Makkah.
Kesungguhan al-Turmuzi dalam menggali hadis, tampak dari sumber yang digalinya, yakni guru (al-syaikh) yang dituju. Sumber yang digunakannya, disamping banyak yang sama dengan sumber lima orang periwayat lainnya dari Kuttub al-Sittah, namun al-Turmuzi juga banyak menggali dari sumber yang lebih tua dari berbagai Syaikh al-Imam lainnya.
Guru-guru dan murid-muridnya.
Beliau meriwayatkan hadis dari;
1. Qutaibah bin Said 6. Nasr bin Ali
2. Ishaq bin Rahawaih 7. Harun al-Hammal
3. Mahmud bin Ghailan 8. Hannad bin as-Siri
4. Muhammad bin Abd A’la 9. Yahya bin Aktham
5. Ali bin Hajar 10. Dan lain-lain
Murid-murid beliau adalah;
1. Abu Bakar Ahmad bin Ismail as-Samarqandi
2. Abu Hamid Ahmad bin Abdullah bin Dawud al-Muruzi
3. Ahmad bin Ali bin Hasanwaih al-Muqri’i
4. Ahmad bin Yusuf an-Nasafi
5. Asad bin Hamdawaih an-Nasafi
6. Dan lain-lain
Karya-karyanya.
Di antara karya-karya beliau antara lain;
1. Al-Ja>mi’ as-S{ahi>h
2. Al-Shama>il
3. Al-Ilal
4. Al-Ta>rikh
5. As-Zuhd
SEKILAS SEPUTAR KITAB SUNAN NASA'I
Imam Nasa’I termasuk salah seorang ulama hadis yang sukar ditandingi, beliau menghimpun dan menyusun kitab hadis, menulis, meneliti, menguji kebenaran dan menerangkan sebab kebenaran sebuah hadis. Dari sekian banyak ilmu yang disumbangkannya adalah kitab as-Sunan.
 Objek pembahasan sunan
Objek pembahasan al-Mujtaba (as-Sunan as-Sughra) adalah hadis marfu’ yang disandarkan pada Nabi Saw yang terkait dengan hukum, yang beliau sajikan dalam beberapa bab. Beliau tidak mencampurkan pendapat ke dalamnya tidak ada hadis mauquf ataupun munqathi' kecuali hanya sedikit.
 Sistematika Bab dalam kitab sunan
Imam Nasa’I mempertimbangkan masalah fiqih dalam membuat sistematika bab dalam kitab as-Sunan, seolah-olah beliau memperhatikan dan mencermati metode yang pernah ditempuh Imam Bukhari serta ingin mengikuti jejaknya. Cara seperti ini tidak beliau lakukan ketika beliau menyusun As-Sunan Al-Kubra. Beliau memperhatikan masalah fikih semaksimal mungkin ketika beliau melakukan penyeleksian hadis untuk kitab as-Sunan al-Sughra, dan seolah-olah beliau melakukan seleksi dalam kerangka masalah fikih.
RIWAYAT HIDUP IMAM NASA’I (215 – 303 H)
Nama lengkap beliau adalah al-H{a>fidh Syaikh al-Isla>m Abu> Abdu al-Rah{man Ahmad bin ‘Ali> bin Syu’aib bin Sinan bin Bahr al-Khura>sa>ni>. Dia dilahirkan di Nasa’I tahun 215 H dan wafat tahun 303 H. Dalam pengembaraannya mencari ilmu hadis ketika berumur 15 tahun, dan banyak mendengar beberapa ulama pada masanya di negeri sendiri dan di Hijaz, Irak, mesir, Syam dan Jazirah.

Guru-guru dan murid-muridnya.
Beliau mendengar hadis dari beberapa gurunya, antara lain;
1. Ishaq bin Rahawaih 6. Ishaq bin Shahin
2. Hisyam bin Ammar 7. Tamim bin Muntas}ir
3. Suwaid bin Nasr 8. Ziyad bin Ayyub
4. Abu T{ahirbin as-Sarah 9. Al-Bazzar
5. Ahmad bin Muni’ 10. Hamid bin Musaidah
Beliau juga mempunyai murid yang menyampaikanm hadisnya, yaitu;
1. Abu Basyar ad-Daulabi
2. Abu Ja’far at-T{ahawi
3. Abu Ali an-Naisaburi
4. Hamzah bin Muhammad al-Kinani
5. As-Suyut}i
6. Dan masih banyak lagi.
Karya-karyanya.
Imam Nasa’I memiliki beberapa karya tulis, di antaranya;
1. Al-Sunan al-Kubra> (kitab sunan yang besar)
2. Al-Sunan al-Sughra> (kitab sunan yang kecil)
3. Khas}a>’is} al-Nabawiyyah (sifat-sifat khusus kenabian)
4. Fad}a>’il al-S{aha>bat (keutamaan-keutamaan sahabat)
5. Al-Manasik fi> al-Haj (manasik haji)
6. Kita>b al-Tafsi>r (kitab tafsir).



SEKILAS SEPUTAR KITAB AS-SUNAN IBNU MAJAH.
Kitab ini adalah salah satu kitab karya Imam Ibn Majah terbesar yang masih beredar hingga sekarang. Dengan kitab inilah, nama Ibn Majah menjadi terkenal. Ia menyusun sunan ini menjadi beberapa kitab dan beberapa bab. Sunan ini terdiri dari 32 kitab, 1.500 bab. Sedang jumlah haditsnya sebanyak 4.000 buah hadis.
Kitab sunan ini disusun menurut sistematika fiqh, yang dikerjakan secara baik dan indah. Ibn Majah memulai sunan-nya ini dengan sebuah bab tentang mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Dalam bab ini ia menguraikan hadis-hadis yang menunjukkan kekuatan sunnah, kewajiban mengikutidanmengamalkannya.
Kedudukan Sunan Ibn Majah di antara Kitab-kitab Hadits Sebagian ulama tidak memasukkan Sunan Ibn Majah ke dalam kelompok "Kitab Hadis Pokok" mengingat derajat Sunan ini lebih rendah dari kitab-kitab hadis yang lima.

RIWAYAT HIDUP IMAM IBNU MAJAH (209 – 273 H)
Nama lengkap beliau adalah Abu ‘Abdillah bin Yazid al-Qazwi>ni>, sedangkan majjah laqab dari ayahnya, beliau dilahirkan pada tahun 209 H di Qazwin. Imam Ibn Majah adalah seorang ulama hadis yang diakui keilmuannya oleh ulama-ulama sesamanya dan sesudahnya. Sejak usia remaja, dia sering berpetualang ke beberapa daerah, seperti Irak, Hijaz, Syam, Mesir, kufah, Basrah dan sebagainya untuk menuntut ilmu, khususnya hadis-hadis Nabi Saw.


Guru-guru dan murid-muridnya.
Di antara guru-guru beliau adalah;
1. Ali bin Muhammad at-T{anafasi al-H{afidh.
2. Jabarah bin al-Mughlis
3. Mus}’ab bin Abdullah az-Zubairi
4. Suwaid bin Said
5. Dan lain-lain
Sedangkan murid-murid beliau adalah:
1. Muhammad bin Isa al-Abhuri
2. Abu at-T{ayyib Ahmad bin Ruh al-Baghdadi.
3. Abu Amr
4. Abu al-Hasan Ali bin Ibrahim al-Qat}an
5. Sulaiman bin Yazid al-Fahmi.
Karya-karyanya.
Imam ibn Majah mempunyai banyak karya tulis, di antaranya:
1. Kitab As-Sunan, yang merupakan salah satu Kutubus Sittah (Enam Kitab
Hadis yang Pokok).
2. Kitab Tafsir Al-Qur'a>n, sebuah kitab tafsir yang besar manfatnya seperti
diterangkan Ibn Kasir.
3. Kitab Tarikh, berisi sejarah sejak masa sahabat sampai masa Ibn Majah.




KESIMPULAN
Tidak diragukan lagi bahwa umat Islam benar-benar membutuhkan literatur keilmuan yang tersisa dari ulama-ulama Islam terdahulu dari perjalanan panjang mereka menuntut ilmu untuk menjadikanya sebuah wawasan, perbandingan, atau untuk menyingkap keutamaan–keutamaannya. Pada masa ini telah muncul para ilmuwan yang berusaha untuk kembali memunculkan kitab-kitab terdahulu ke permukaan, sehingga tidak hanya menjadi penghias sejarah keilmuan Islam. Dengan banyak cara mereka berusaha untuk menemukan kelebihan, kekurangan, pemikiran-pemikiran, dan lain sebagainya dalam kitab-kitab tersebut.
Wallahu'alam bi as-S}awwab.














DAFTAR PUSTAKA
 ‘Ali> Dawar, Ahmad Muhammad. Ulu>mu Al-Qur’a>n wa Al-H{adi>th. Amma>n: Da>r al-Bashi>r, 1984.
 Al-Sayyid, Muhammad Muba>rak. Mana>hij al-Muh{addithi>n. Kairo: Da>r al-T{iba’ah, 1984.
 Abu> Zahw, Muhammad. Al-H{adi>th wa Al-muh{addithu>n wa ‘Ina>yah Al-Ummah Al-Isla>miyyah bi Al-Sunnah Al-Nabawiyyah. Mesir: t.th.
 Al-Kati>b, Muhammad ‘Ajjaj. Us{u>l al-H{adith: Ulu>mu wa Must{alahuh. Beirut: Da>r al-Fikr, 1989.
 Abdullah, Abdullah bin. Sembilan Pendekar Hadits. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2007.
 Muhammad Am Al-Qur’a>n wa Ulu>m Al-H{adi>th (dira>sah ta>ri>khiyyah-h{adithiyyah-us{u>liyyah. Kairo: Maktabah wa Hibah, 2000.
 Al-Katta>ni>, Muhammad bin Ja’far. al-Risalah al-Mustat}rifah li Baya>ni Mashhu>r Kutub al-Sunnah al-Musharrafah. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1995.
 Al-khathib al-Baghdadi, A{hmad bin ‘Ali Abu Bakar. Ta>ri>kh Baghda>d. Beirut: Da>r al-kutub al-ilmiyyah, t.th.
 Assa’idi, Sa’dullah. Hadis-hadis Sekte. Yogyakarta: Puataka Pelajar Offset, 1996.
 Abu Shuhbah, Muhammad Muhammad. Fi> Rih{a>b al-Sunnah: al-Kutub al-S{ihha>h al-Sittah. Kairo: Majma’ al-Buh{uth al-Islamiyyah, 1969.
 Muhammad ‘Awaid}ah, Kamil Muhammad. Abu ‘Isa at-Tarmidhi>. Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 1995.
 Al-Asqalani, Ibn H{ajar. Tahdhib al-Tahdhib. Beirut: Da>r al-Fikr, 1984

0 Response to "KITAB HADIS Para Kuttab Kutub al-Sittah (Shahih Bukhori, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Turmudzi, Sunan Nasa’I dan Sunan Ibnu Majjah)"

Posting Komentar