Kerajaaan Turki Usmani

Dinasti Usmani berasal dari suku Qayigh Oghuz (Kayi) di daerah Mongol dan utara negeri Cina yang dipimpin oleh Sulaiman Syah , mereka menghindarkan diri dari serangan bangsa Mongol, pindah ke Syam. Dalam usahanya pindah ke Syam itulah pemimpin-pemimpin suku ini mengalami kecelakaan , hanyut di sungai Ifrat pada tahun 1228 M. Akhirnya perjalanan diteruskan menuju Asia Kecil yan dipimpin oleh Arthogrol bin Sulaiman mereka mengabdi kepada Sultan Alauddin II dari dinasti saljuk Rum. Ketika saljuk perang melawan Bezantium, Arthoghol membantu dan menang. Merasa dibantu akhirnya Alauddin menghadiahkan wilayah yang berbatasan dengan Bezantium dan Syukud dijadikan pusat pemerintahan.

Pada tahun 1229 M Erthogrol mati dan diganti putranya Usman. Tatkala Alauddin terbunuh oleh serbuan bangsa Mongol pada tahun 1300 M, Usman memproklamirkan kemerdekaanya, sejak itulah berdiri dinasti Usmani yang berlangsung selama kurang lebih tujuh abad (1300-1922 M) dengan dipimpin 39 sultan yaitu dari Usman Ibn Erthogrol atau yang dikenal dengan Usman I sampai Muhammad VI.
Setelah Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (Raja besar keluarga Usman) pada tahun 699 H (1300 M), ia mulai memperluas wilayah. Hal itu menjadi model para Sultan Usmani, paling tidak berlangsung sampai masa pemerintahan Sulaiman I. Untuk mendukung perluasan tersebut Orkhan membentuk pasukan baru yang disebut Inkisyariyah (Janissary) yaitu pasukan yang terdiri dari bangsa Georgia dan Armenia yang baru masuk Islam. Dengan pasukan tersebut dinasti Usmani memiliki mesin perang yang tangguh, sehingga memberi kontribusi yang besar bagi penaklukan negeri-negeri non muslim
Perluasan wilayah mengalami puncak pada massa Muhammad II (Mehmet) sang penakluk (Al Fatih). Pada tahun 1453 M Constanintinopel, ibukota kerajaan Romawi Timur, dapat ditaklukkan, dan namanya diuabah menjadi Istambul (Tahta Islam). Kejatuhan costantinopel ini memudahkan pasukan Usmani menaklukkan wilayah lainnya seperti Serbia, Albania, dan Hongaria.

Ada tiga hal penting yang dapat diambil dari penaklukan constantinopel. Pertama bagi umat Islam, terpenuhinya tugas histories dalam pengembangan wilayah Islam ke Persia dan Romawi Timur. Kedua berakhirnya abad yang gelap dan mulainya kesadaran bagi barat. Mereka melepaskan diri dari kungkungan Gereja dan muncullah supremasi barat dalam bidang ilmu pengetahuan. Ketiga nasib Barat tergantung sepenuhnya pada kerajaan ottoman, karena Istanbul merupakan gerbang Eropa dan jalur perdagangan Timur Barat
Keberhasilan dinasti Usmani dalam perluasan wilayah, secara umum disebabkan lima faktor. (1) kemampuan orang-orang Turki dalam strategi perang dan dengan semangat memperoleh ghanimah (harta rampasan) (2) sifat dan karakter orang turki yang slalu ingin maju dan tidak pernah diam dan gaya hidupnya yang sederhana, sehingga memudahkan untuk tujuan penyerangan. (3) semangat jihad dan ingi mengembangkan Islam. (4) letak Istambul yang strategis. (5) kondisi dari kerajaan sekitar yang kacau, sehingga mudah untuk dikalahkan.
Sistem Politik
Para pemimpin kerajaan Usmani bergelar sultan dan khalifah sekaligus. Sultan berkuasa di bidang duniawi dan khalifah dibidang spiritual/ukhrawi. Kekuasaan didapat secara turun-temurun. Tidak harus putra pertama yang berhak menjadi pengganti, namun bisa putra kedua, atau ketiga, bahkan saudara sultan, bukan anaknya.
Dalam struktur pemerintahan, sultan dibantu oleh shadr al-a’zham (perdan menteri) yang membawahi pasyha (gubernur). Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-‘alawiyah (bupati). Dalam peran kekhalifahan, sultan dibantu oleh seorang mufti yang lebih dikenal dengan Saikhul-Islam, yakni mereka yang menginterpretasikan hukum. Para mufti ini dan para qadi, serta para guru di madrasah menjadi elemen-elemen resmi pemerintah, sehingga menciptakan hubungan yang religius antara sultan dan rakyatnya. Ini, sangat berarti terutama di provinsi- provinsi Arab, dimana kemitraan antara negara dengan ulama membantu rakyat untuk menerima aturan Turki. Akan tetapi, kemitraaan ini memiliki sisi negatif tidak memberi wewenang pada ulama .
Pada masa sultan Sulaiman I, disusun sebuah kitab undan-undang (qanun). Kitab resebut diberi nama multaqa al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum dinasti usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini , diujung namanya ditambah gelar al-Qanuni
Menurut Siti Maryam yang menukil dari Lapidus, sebagai penguasa abbasiah dan penguasa imperium Persia masa belakangan, sultan usmani menggabungkan dimensi patrimonial Islam dan dimensi imperial. Otoritas patrimonial sultan-sultan turki sangatlah menonjol. Negara merupakan rumah tangganya, rakyat merupakan pembantunya, tentara merupakan budaknya. Territorial imperium merupakan properti pribadinya. Pengalihan hak atas pendapatan negara tidaklah dipandang sebagai penyimpangan atas kepemilikan absolut sang sultan.
Hal diatas terlihat berlebihan, selain bahasanya yang hiperbolis
Bidang Sosial
Masyarakat Turki sangat heterogen. Sebagai sebuah rezim patrimonial, Imperium Usmani mempunyai kekuasaan yang menentukan seluruh nasib warga Timur Tengah dan Balkan sebuah konsep utama Usmani adalah perbedaan antara askeri dan re’aya, yakni antara kalangan elit penguasa dan rakyat. Re’aya teroganisasikan menjadi sejumlah kelompok komunitas kecil yang banyak sekali. Masyarakat Usmani merupakan asosiasi teretorial, persaudaraan keagamaan, dan kelompok korporasi yang sangat luas. Dari sudut pandang Usmani, komunitas keagamaan yang diorganisasikan untuk menjalankan urusan pendidikan, pengadilan dan urusan shadaqah adalah sangat fundamental. Sebagian besar warga non mislim dipandang sebagai gereja ortodoks Timur termasuk didalamnya orang yunani, Rumania, slavia, Bulgaria, dan dari kalangan arab sendiri kelompok yahudi shepardi dan Ashkenazi memiliki sinagog sendiri.
Adapun masyarakat awam muslim, diorganisasikan dalam sebuah cara yang sejenis. Kaum muslimin terbagi menjadi beberapa madzab hukum dan tarekat. Pihak Usmani dengan tegas mengendalikan dibawah Negara. Hal ini dikarenakan untuk memperluas dukungan terhadap elit ulama dan sufi. Dukungan Usmani ini mengantarkan pada pengorganisasian sebuah system pendidikan madrasah yang tersebar diman-mana.
Bidang Budaya.
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan, diantarannya adalah kebudayaaan Persia, Bizantium, dan Arab. Meereka bannyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata karma dalam istana raja-raja dari kebudayaan Persia. Dari kebudayaan Bezantium, mereka banyak menyerap tentang organisasi pemerintahan dan kemiliteran. Adapun ajaran-ajaran tentang prinsip ekonomi, social, dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf mereka adobsi dari bangsa Arab. Orang-orang Turki Usmani memenag dikenal bangsa yang mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar. Hal ini mungkin karena mereka masih miskin dengan kebudayaan. Bagaimanapun, sebelumnya mereka adalah orang normal yang hidup di dataran Asia Tengah.

Bidang pendidikan
Sebagaimana telah disebutkan diatas, Turki Usmani berhasil mengantarkan pada sebuah sisiem pendidikan madrasah yang tersebar luas. Madrash usmani pertama didirikan di iznik pada tahun 1331, ketka itu sejumlah ulam”didatangan dai Iran dan Mesir untuk mengajarkan muslim di beberpa teritorial yang baru. Beberapa Sultan masa belakangan mendirikan beberapa perguruan di Bursa, Edirne dan Istanbul. Pada akhir abad lima belas beberapa perguruan ini disusun dalam sebuah herarki yang bagi promrosi ulama-ulama besar. Perguruan yang dibangun oleh Sulaiman pada tahun 1550 dan 1559 benar-benar menjadi perguruan yang tinggi rankingny. Ranking dibawahnya adalah sejumlah pergguruan yang didirrikan oleh sultan-sultan terdahulu, kemudian perguruan yang didiruikan oleh kalangan pejabat dan ulama. Madrasah tidak di organisasikan secara ranking tapi juga dibeda-bedakan berdasarkan fungsi pendiddikan mereka. Madrasah terendah mengajarkan Nahwu dan sharaf (sintaksis), manthiq (logika), teologi, astronomi, geometri dan retorika. Perguruan tingkatan tertinggi mengajarkan hukum dan teologi. puncak peradaban Usmani tida
Hasil peradaban
Peradaban Usmani tidak bisa lepas dari hasil penaklukan Consatntinopel. Sebagai ibu kota, disitulah perkembang berbagai peradaban Dinasti Usmani yang merupakan perpaduan berbagai peradaban. Muhamad II, seorang ahki kesenian yang liberal, menembangkan syair-syair Persia dan jujuga seni lukis Eropa. Sadtrawan

0 Response to "Kerajaaan Turki Usmani"

Posting Komentar