TURKI USMANI 2

I.PENDAHULUAN
Serangan bangsa Mongol yang memporak-porandakan khilafah abbasiyah menjadilkan politik Islam mengalami kelumpuhan. Wilayah kekuasaan terpecah belah menjadi kerajaaan kecil-kecil, bahkan beberapa kerajaan saling perang. Akibat yang muncul, penigggalan budayadan peradaban OIslam banyak yang hancur.


Keadaan politik umat Islam mulai mengalami perkembangan dan kemajuan kembali setelah munculnya kerajaan ottoman atau yang dikenal dengan Usmani. Sebagai acuan, atau petunjuk arah kita untuk melangkah pada masa depan, kiranya kerajaan Usmani ini layak ditelaah secara kritis tapi bertanggungjawab. Bukankah keledai tidak mau terjerumus pada lubang yang sama.
II. PEMBAHASAN
1. Riwayat Kerajaaan Usmani
Dinasti Usmani berasal dari suku Qayigh Oghuz (Kayi) di daerah Mongol dan utara negeri Cina yang dipimpin oleh Sulaiman Syah , mereka menghindarkan diri dari serangan bangsa Mongol, pindah ke Syam. Dalam usahanya pindah ke Syam itulah pemimpin-pemimpin suku ini mengalami kecelakaan, hanyut di sungai Ifrat pada tahun 1228 M. Akhirnya perjalanan diteruskan menuju Asia Kecil yang dipimpin oleh Arthogrol (Erthogrol) bin Sulaiman mereka mengabdi kepada Sultan Alauddin II dari dinasti Saljuk Rum. Ketika Saljuk perang melawan Bezantium, Arthoghol membantu dan menang. Merasa dibantu akhirnya Alauddin menghadiahkan wilayah yang berbatasan dengan Bezantium. Yang selanjutnya Syukud dijadikan pusat pemerintahan.
Pada tahun 1229 M Erthogrol meninggal dan diganti putranya Usman. Tatkala Alauddin terbunuh oleh serbuan bangsa Mongol pada tahun 1300 M. kerajaan Seljuk kemudian menjadi terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Usman pun memproklamirkan kemerdekaanya, sejak itulah berdiri dinasti Usmani yang berlangsung selama kurang lebih tujuh abad (1300-1922 M) dengan dipimpin 39 sultan yaitu dari Usman Ibn Erthogrol atau yang dikenal dengan Usman I sampai Muhammad VI.
2. Perluasan Wilayah
Setelah Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (Raja besar keluarga Usman) pada tahun 699 H (1300 M), ia mulai memperluas wilayah. Hal itu menjadi model para Sultan Usmani, paling tidak berlangsung sampai masa pemerintahan Sulaiman I. Untuk mendukung perluasan tersebut Orkhan membentuk pasukan baru yang disebut Inkisyariyah (Janissary) yaitu pasukan yang terdiri dari bangsa Georgia dan Armenia yang baru masuk Islam. Dengan pasukan tersebut dinasti Usmani memiliki mesin perang yang tangguh, sehingga memberi kontribusi yang besar bagi penaklukan negeri-negeri non muslim
Perluasan wilayah mengalami puncak pada massa Muhammad II (Mehmet) sang penakluk (Al Fatih). Pada tahun 1453 M Constanintinopel, ibukota kerajaan Romawi Timur, dapat ditaklukkan, dan namanya diubah menjadi Istanbul (Tahta Islam). Kejatuhan Costantinopel ini memudahkan pasukan Usmani menaklukkan wilayah lainnya seperti Serbia, Albania, dan Hongaria.
Ada tiga hal penting yang dapat diambil dari penaklukan Constantinopel. Pertama bagi umat Islam, terpenuhinya tugas histories dalam pengembangan wilayah Islam ke Persia dan Romawi Timur. Kedua berakhirnya abad yang gelap dan mulainya kesadaran bagi barat. Mereka melepaskan diri dari kungkungan Gereja dan muncullah supremasi barat dalam bidang ilmu pengetahuan. Ketiga nasib Barat tergantung sepenuhnya pada Kerajaan Ottoman, karena Istanbul merupakan gerbang Eropa dan jalur perdagangan Timur Barat
Keberhasilan dinasti Usmani tersebut dalam perluasan wilayah, secara umum disebabkan lima faktor. (1) Kemampuan orang-orang Turki dalam strategi perang dan dengan semangat memperoleh ghanimah (harta rampasan) (2) Sifat dan karakter orang Turki yang selalu ingin maju dan tidak pernah diam dan gaya hidupnya yang sederhana, sehingga memudahkan untuk tujuan penyerangan. (3) Semangat jihad dan ingin mengembangkan Islam. (4) letak Istanbul yang strategis. (5) Kondisi dari kerajaan sekitar yang kacau, sehingga mudah untuk dikalahkan.
Kemajan dan perkembangan perluasan wilayah kerajaan Usmani yang demikian luas itu diikuti dengan kemajuan dibidang lain. Yang terpenting adalah sebagai berikut.
a. Bidang Politik
Para pemimpin kerajaan Usmani bergelar sultan dan khalifah sekaligus. Sultan berkuasa di bidang duniawi dan khalifah dibidang spiritual/ukhrawi. Kekuasaan didapat secara turun-temurun. Tidak harus putra pertama yang berhak menjadi pengganti, namun bisa putra kedua, atau ketiga, bahkan saudara sultan, bukan anaknya.
Dalam struktur pemerintahan, sultan dibantu oleh shadr al-a’zham (perdan menteri) yang membawahi pasyha (gubernur). Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-‘alawiyah (bupati). Dalam peran kekhalifahan, sultan dibantu oleh seorang mufti yang lebih dikenal dengan Saikhul-Islam, yakni mereka yang menginterpretasikan hukum. Para mufti ini dan para qadi, serta para guru di madrasah menjadi elemen-elemen resmi pemerintah, sehingga menciptakan hubungan yang religius antara sultan dan rakyatnya. Ini, sangat berarti terutama di provinsi-provinsi Arab, dimana kemitraan antara negara dengan ulama membantu rakyat untuk menerima aturan Turki. Akan tetapi, kemitraaan ini memiliki sisi negatif tidak memberi wewenang pada ulama .
Pada masa sultan Sulaiman I, disusun sebuah kitab undan-undang (qanun). Kitab resebut diberi nama Multaqa Al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum dinasti Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, diujung namanya ditambah gelar al-Qanuni
Menurut Siti Maryam yang menukil dari Lapidus, sebagai penguasa Abbasiah dan penguasa imperium Persia masa belakangan, sultan Usmani menggabungkan dimensi patrimonial Islam dan dimensi imperial. Otoritas patrimonial sultan-sultan Turki sangatlah menonjol. Negara merupakan rumah tangganya, rakyat merupakan pembantunya, tentara merupakan budaknya. Territorial imperium merupakan properti pribadinya. Pengalihan hak atas pendapatan negara tidaklah dipandang sebagai penyimpangan atas kepemilikan absolut sang sultan.
Hal diatas terlihat agak hiperbolis, jika kita bandingkan dengan statement sultan Abdul Majid ketika dibangunkan dari tidur untuk mendengarkan permintaan penduduk Madinah. Ia berkata “ Mereka adalah tetangga Rasulullah, apakah kau bersopan santun ketika mendengar permintaan mereka, sementara aku tidur. Aku ingin mendengarkan langsung sebagai tabarukan, penuhi permintaan mereka,’. Sehari kemudian. permintaan itu dipenuhi sesuai waktu yang dijanjikan dari sini, adakah akhlak politik yang sedemikian, dimiliki pemimpin saat ini, bahkan Barat, dengan orientalisnya pun. Dalam nukilan dari lapidus itu apakah yang dimaksud rakyat sebagai pembantu, adalah pegawai-pegawai Istana. Jika demikian itu adalah generalisasi, apakah semua rakyat adalah pegawai istana.
Kasus yang hampir sama adalah wanita-wanita di harem (tempat yang muram yang disediakan untuk selir-selir sang sultan). Pemandangan dari halaman utama harem menyimbulkan kehidupan orang-orang tahanan. Bangunan-bangunan yang terjaga rapat dan kuat, pesannya disini tisak ada pelarian diri.
Harem tersebut adalah pemborosan, ketidaksopanan, kemewahan_inilah orentalisme, bahan fantasi eropa; ini bukan Islam Namun kita dapat membayangkan daya tarik harem bagi keluarga yang memilki wanita di harem tersebut. Ia berarti perlindungan, kekayaan dan kekuasaan. Ini berarti akses kepada seorang laki-laki yang mulia, sultan. Kita membayangkan ketakutan dan ketertindasan seorang gadis yang dibawa kesini. Namun bagi ia ketakutan itu harus kita tambah, sebuah lotere yang ia menangkan.
b. Bidang Sosial
Masyarakat Turki sangat heterogen. Sebagai sebuah rezim patrimonial, Imperium Usmani mempunyai kekuasaan yang menentukan seluruh nasib warga Timur Tengah dan Balkan sebuah konsep utama Usmani adalah perbedaan antara askeri dan re’aya, yakni antara kalangan elit penguasa dan rakyat. Re’aya teroganisasikan menjadi sejumlah kelompok komunitas kecil yang banyak sekali. Masyarakat Usmani merupakan asosiasi teretorial, persaudaraan keagamaan, dan kelompok korporasi yang sangat luas. Dari sudut pandang Usmani, komunitas keagamaan yang diorganisasikan untuk menjalankan urusan pendidikan, pengadilan dan urusan shadaqah adalah sangat fundamental. Sebagian besar warga non mislim dipandang sebagai gereja ortodoks Timur termasuk didalamnya orang Yunani, Rumania, Slavia, Bulgaria, dan dari kalangan arab sendiri kelompok Yahudi Shepardi dan Ashkenazi memiliki sinagog sendiri.
Adapun masyarakat awam muslim, diorganisasikan dalam sebuah cara yang sejenis. Kaum muslimin terbagi menjadi beberapa madzab hukum dan tarekat. Pihak Usmani dengan tegas mengendalikan dibawah Negara. Hal ini dikarenakan untuk memperluas dukungan terhadap elit ulama dan sufi. Dukungan Usmani ini mengantarkan pada pengorganisasian sebuah system pendidikan madrasah yang tersebar diman-mana.
c. Bidang Budaya Dan Ilmu Pengetahuan
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan, diantarannya adalah kebudayaaan Persia, Bizantium, dan Arab. Meereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja dari kebudayaan Persia. Dari kebudayaan Bezantium, mereka banyak menyerap tentang organisasi pemerintahan dan kemiliteran. Adapun ajaran-ajaran tentang prinsip ekonomi, social, dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf mereka adobsi dari bangsa Arab. Orang-orang Turki Usmani memenag dikenal bangsa yang mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar. Hal ini mungkin karena mereka masih miskin dengan kebudayaan. Bagaimanapun, sebelumnya mereka adalah orang normal yang hidup di dataran Asia Tengah.
Menurut Badri Yatim dalam bidang ilmu pengetahuan, Turki Usmani terlihat tidak begitu menonjol. Karena itulah kita tidak menemukan ilmuwan terkemuka dari Turki Usmani dalam Khasanah keilmuan Islam . Dalam hal ini ditolak oleh Ahmad Judad bahwa ribuan karya ulama-ulama masa turki yang tersebar luas, dan banyak ulama-ulam terkemuka saat itu, seperti Abu Su’ud dengan Tafsirnya, Maulana Khalid Al Baghdadi dan lai-lain. Turki Usmani banyak berperan dalam pengembangan arsitektur, seperti Masjid Al-Muhammadi, Sulaiman dan masjid Abi Ayyb al-Anshari. Salah satu masjid yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya adalah masjid yang asalnya adalah gereja Aya Sopia.
d. Bidang pendidikan
Sebagaimana telah disebutkan diatas, Turki Usmani berhasil mengantarkan pada sebuah sisiem pendidikan madrasah yang tersebar luas. Madrash usmani pertama didirikan di iznik pada tahun 1331, ketka itu sejumlah ulama”didatangan dai Iran dan Mesir untuk mengajarkan muslim di beberpa teritorial yang baru. Beberapa Sultan masa belakangan mendirikan beberapa perguruan di Bursa, Edirne dan Istanbul. Pada akhir abad lima belas beberapa perguruan ini disusun dalam sebuah herarki yang bagi promrosi ulama-ulama besar. Perguruan yang dibangun oleh Sulaiman pada tahun 1550 dan 1559 benar-benar menjadi perguruan yang tinggi rankingnya. Ranking dibawahnya adalah sejumlah perguruan yang didirrikan oleh sultan-sultan terdahulu, kemudian perguruan yang didirikan oleh kalangan pejabat dan ulama. Madrasah tidak saja di organisasikan secara ranking, tapi juga dibeda-bedakan berdasarkan fungsi pendidikan mereka. Madrasah terendah mengajarkan Nahwu dan sharaf (sintaksis), manthiq (logika), teologi, astronomi, geometri dan retorika. Perguruan tingkatan tertinggi mengajarkan hukum dan teologi.
3.Kemunduran Usmani
kemunduran Usmani semakin tampak jelas pada abad ke-18, terutama dikawasan pinggiran. Para reformis setempat berusaha memulihkan tatanan melalui reformasi keagamaan.
Disemenajung Arab, Muhammad ibn Abdul Wahab (1703-1792 M) berhasil melarikan diri dari Istanbul dan membangun negara di daerah Arab Tengah dan teluk Persia. Ia percaya bahwa krisis yang terjadi saat ini yang terbaik adalah dihadapi dengan kembali kepada Al-Qura’an dan Hadis adalah Dari sinilah muncul aliran wahhabiyyah, dan menolak secara militan terhadap segala penambahan yang datang berikutnya. Karena sultan Usmani tidak cocok mengenai visinya, Abdul Wahhab menilai mereka adalah pengkhianat yang pantas mati. Menurut pandangan orang-orang Turki, dalam buku Confessions Of A British Spy (pengakuan mata-mata inggris) disebutkan bahwa Abdul Wahhab terjebak oleh godaan Hempher, salah satu dari beberapa spionase Inggris yang bertugas memecah belah Islam dengan membentuk firqah-firqah dalam Islam. Meskipun ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan, namun terlihat politis. Sehingga pada perkembangannya, membutuhkan waktu yang lama untuk rekonsiliasi.
Pada Akhir abad ke-18, imperium Usmani berada dalam keadaan kritis. Perdagangan mengalami kemunduran lebih jauh lagi, suku Badui yang ada di provinsi tak bisa dikendalikan. Di phak lain, Eropa semakin tumbuh pesat, segera Turki dikenal sebagai si sakit dari Eropa. Pandangan ketamakan diarahkan kekaisaran ottoman.
Ini adalah fase sakit kekaisaran ottoman yang menciptakan karikatur popular tentang orang-orang Timur (Oriental) di Eropa. Mereka dilihat sebagai orang yang bermoral bejat, malas dan bodoh. Tidaklah mengejutkan bahwa orang-orang seperti kemal ataturk merasa jijik melihat kebudayaan Turki Ottoman, yang pada akhirnya kemal ditetapkan oleh Majlis Agung Nasional sebagai president, dengan mengusung westernisasi sekuler.
III. PENUTUP
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa simpulan antara lain  Pertama sejarah selalu berkaitan dengan politik sehingga yang muncul adalah kepentingan. Dari kacamata apa dan kacamata siapa sejarah itu dilihat, akan mempengaruhi nilai obyektifitas sang penulis. Maka dari itu, bagai seorang hakim, tidak tepatlah jika hanya membaca hanya dari satu versi. Kedua, Umat islam saat ini hendaknya patut bersyukur bahwa Turki Usmani telah mengantarkan islam sampai seperti saat ini wallahu a’lam

0 Response to "TURKI USMANI 2"

Posting Komentar